Powered By Blogger

Monday, September 6, 2010

BILA DIMARAHI ISTERI

Nabi SAW paham istrei itu perlu dipuji dan disanjung, karena kalau bukan suami siapa lagi. Sampai Rasul SAW sendiri memberi contoh : “wahai humairoh” artinya “wahai si pipi merah” ini panggilan pujian Nabi SAW kepada aisyah R.ha, bukan hanya memanggil, “Heh Aisyah”, tidak seperti itu. Nabi SAW memberikan contoh panggilan yang memuji istri bukannya sebaliknya. Sedangkan istri ini dirumah saja kerjanya, pakai hijab, tidak bergaul, siapa yang memuji kalau bukan suaminya. Jadi sekali-sekali kita perlu sanjung isteri kita, atas kelakuan baik dia atau khidmatnya, contoh : kita puji masakannya, walaupun tidak enak. Jangan kata pada isteri “Apa ini makanan lauk ini aja” atau “apa ini makanan tidak enak”. Jangan kita memperlakukan isteri kita seperti itu. Nabi Saw mencontohkan ketika balik kerumahnya :

Nabi SAW bertanya kepada Aisyah R.ha, “wahai istriku ada makanan apa dirumah ?”, aisyah menjawab, “tidak banyak ya rasullullah.” Maka Nabi Saw berkata, “Yang ada apa wahai aisyah ?” Aisyah R.ha menjawab, “Hanya ada ini ya Rasullullah, roti dan cuka saja.” Inilah makanan seorang yang dimuliakan oleh penduduk langit, mujahaddah dan sangat super sederhana. Namun apa jawab Rasullullah SAW, “Seenak-enaknya makananan adalah roti dengan cuka.”

Inilah contoh akhlaq Nabi SAW kepada istrinya, walaupun hanya disajikan makanan yang sangat sederhana, tetapi malah dipuji Nabi makanannya. Bukannya marah-marah kepada isterinya. Janganlah kita gaduh, masam muka dengan istri di rumah hanya karena makanan. Kita mengalah kepada isteri ini lebih baik, untuk perkara yang demikian. Makanan kurang enak dibuatkan oleh isteri kita ucapkan, “Alhamdullillah. Hari ini masih ada makan.” Atau “Alhamdullillah, ini makanan yang paling enak yang pernah saya makan.” Maka dipuji demikian isteri akan berbunga-bunga. Beginilah muasyaroh dan akhlaq kepada keluarga kita. Kalau ada kekurangan dalam pelayanan kita sabar saja, jangan terlalu banyak menuntut kepada istri. Kita harus banyak menghargai isteri kita karena kerja dia yang luar biasa banyaknya dari mengurus rumah, khidmat kepada suami, menjaga anak, memasak, mencuci pakaian, sehingga menimbulkan kelelahan yang luar biasa. Asbab ini kita hibur dia dengan pujian-pujian agar hatinya senang, jangan sebaliknya. Sudah penat mengurus pekerjaan di rumah, pulang-pulang suami marah-marah. Jangan begini, ini bukan yang dicontohkan Nabi kita SAW.

Kita harus bersabar terhadap ucapan-ucapan yang kurang menyenangkan dari isteri kita. Kadang-kadang karena keletihan isteri kita jadi suka berleter atau marah. Kita pulang malam, dia berleter, kita beri wang belanja kurang dia berleter. Bagaimana tindakan kita jika kita mendapatkan keadaan seperti ini ? Apakah kita kita balas berleter lagi ? tidak, yang paling baik kita diam saja, bersabar, dan kunci mulut kita rapat-rapat, tidak perlu dibalas, dengar aja. Anggap saja isteri kita ini sedang berleter sama setan, bukan berleter dengan kita. Walaupun kita pulang dalam keadaan letih balik kerja atau, sampai rumah isteri berleter, maka diam saja, sabar, jangan mengucapkan satu katapun. Walaupun hati panas, kepala tetap harus dingin, diam saja dan dengar saja. Ini kuncinya, diam dan dengar baik-baik. Jangan tidak mendengarkan, istri marah, kita mondar mandir, acuh saja sama isteri kita berleter, masuk kamar langsung dikunci, jangan begitu. Jadi kalau kita dileteri diam saja, anggap saja sedang mendengarkan kuliah. Sampaikan saja, “Apa yang kamu katakan itu benar sekali.” Sehingga dia agak melunak. Dan jangan segan-segan minta maaf kepada isteri, “saya minta maaf, saya yang salah.” Jadi jangan di jawab, dengarkan aja, dibenarkan leterannya, kalau salah kita minta maaf, begitu saja. Isteri ini kalau kita jawab satu kata maka dia akan jawab seratus kata, dia lebih galak lagi dari kita.

Kita diam saja, katakan saja saya minta maaf kalau ada yang salah. Nanti kalau dia sudah diam baru ajak cakap baik-baik, kita tegur baik-baik. Buat biasa seperti tidak ada apa-apa, dan seperti tidak terjadi apa-apa. Biasa saja seperti tidak ada apa-apa kejadian. Ketika istri marah ini anggap saja sedang marah sama setan, kalau dia sudah reda baru kita yang berkata baik-baik dengan dia. Biasanya kalau isteri sudah reda leterannya berarti setannya sudah kabur, jadi jangan dipancing lagi. Kita maafkan saja langsung dari hati ketika isteri kita sedang memarahi kita. Jadi kalau isteri marah :

1. Diam saja dan dengarkan baik-baik, tidak usah dibalas ucapannya, minta maaf saja kalau ada salah. Jangan kita acuhkan dia seperti angin lalu, tapi kita dengarkan baik-baik, sekali-kali kita benarkan ucapannya.

2. Ketika sedang dimarahi, kita maafkan saja isteri kita dari dalam hati kita, atas segala leteran dan kekurangannya.

3. Kita dzikir dan tawajjuh saja kepada Allah ketika sedang dimarahi

4. Ketika reda, kita biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. Kita bicara baik-baik, bahkan kita puji dia atas khidmatnya dan kebaikan-kebaikannya yang lain.

5. Diwaktu malam kita berdoa menangis memohonkan ampun untuk istri kita dan memohonkan hidayah untuk isteri kita.

Seperti inilah yang seharusnya kita lakukan dirumah kita ketika sedang menghadapi isteri kita yang sedang marah-marah.

Kisah :

Nabi SAW pulang ke rumah dan bertanya kepada Aisyah R.ha, “Wahai Aisyah adakah yang bisa dimakan hari ini ?” Aisyah R.ha menjawab, “Tidak ada ya Rasullullah.” Ini jawaban memang makanan betul-betul tidak ada di rumah Nabi SAW, bukannya aisyah tidak mau masak, tidak. Beginilah mujahaddahnya kehidupan orang yang paling dimuliakan oleh penduduk langit dan bumi. Namun bagaimana sikap Nabi SAW ketika mengetahui aisyah R.ha tidak masak karena tidak ada makanan, “Kalau begitu hari ini saya puasa.” Selesai masalah, tidak perlu perang dirumah. Nabi tidak perang sama istrinya hanya karena tidak ada makanan di rumah.

Suatu ketika Nabi SAW pulang kerumah dalam keadaan sedang puasa sunnah, lalu Aisyah R.ha hari itu sedang kebagian hadiah makanan berupa roti dan madu. Maka oleh Aisyah R.ha di suguhkan makanan tersebut kepada Rasullullah SAW untuk dinikmati. Aisyah berkata, “Ya Rasullullah SAW hari ini kita ada makanan roti dan madu mari kita nikmati sama-sama.” Inilah kerinduan istri bermesraan dengan suami yang sibuk sekali untuk ummat. Apa kata Nabi SAW, “Wahai Aisyah sebenarnya hari ini saya berpuasa” Namun untuk menyenangkan istrinya hari itu Nabi SAW batalkan puasanya untuk makan dengan istrinya. Begitulah sikap yang dicontohkan Nabi SAW kepada istrinya.

Nabi SAW memberikan contoh bagaimana membawa isteri dengan kelembutan. Nabi SAW sampaikan :

“Wanita ini seperti kaca, mudah pecah. Jadi harus diberlakukan dengan hati-hati.”

Imam Bukhori Rah.A meriwayatkan :

Suatu ketika Nabi SAW pergi haji dengan ke sembilan istrinya. Dalam perjalanan unta ini dibawa oleh seorang sahabat, Ambasa RA. Unta yang memimpin ini biasanya kecepatannya bergantung dari yang membawanya. Maka ketika untanya ini berjalan cepat, Nabi SAW menegur Ambasa RA, “Wahai Ambasa yang kamu bawa ini adalah kaca-kaca yang mudah pecah.” Maksudnya isteri-isteri Nabi SAW. Nabi menegur agar mereka diberlakukan dengan hati-hati, tidak sama dengan laki-laki.

No comments:

Post a Comment